Love at First Sight with Queenstown


"Mustinya kita udah enggak usah kemana-mana, di Queenstown aja sampe pulang..." Itu adalah komentar yang saya lontarkan kepada Rene sesaat setelah memasuki kota Queenstown. Saya sangat suka kota yang memiliki air di tengahnya (so far fave saya masih Praha doakan segera bisa kesana bersama Rene ya), dan Queenstown punya Lake Wakatipu. Baru beberapa KM dari kantor Apex, kami sudah berhenti karena terpukau dengan pemandangan di hadapan kami. Sebuah danau yang tenang dikelilingi pegungungan, dan kota yang indah. I fell in love with Queenstown.

a breathtaking view, my first sight of Queenstown


Kami mulai konvoi setelah meninggalkan kantor Apex, kami berdua mendapatkan mobil Nisan Tiida kembar yang sama hingga warnanya. "Kita langsung ke hotel ya" seru saya kepada Dini sebelum kami menjalankan mobil. GPS yang sudah terlanjur kami pesan pun dinyalakan. Sesungguhnya sewa GPS ini enggak perlu banget, kami lebih sering menggunakan aplikasi Waze.

Mobil kembar kami

Karena khawatir toko tutup jika kami langsung ke hotel, saya pun meminta Rene untuk memutar haluan ke city center. Kami mencari parkir di area Athol street, karena melihat sebuah supermarket di sana. Cara parkir mobil di New Zealand adalah dengan Pay and Display. Kami membayar di sebuah mesin parkir, lalu meletakan karcis di dashboard mobil. 

Sore itu kami masih belum terbiasa, sehingga melakukan kesalahan tidak perlu dengan membayar untuk satu jam seharga NZD 2. Padahal waktu sudah menunjukan pukul setengah enam sore, seharusnya kami cukup membayar 30 menit, karena parkir dari jam 6 ke atas sudah gratis. Yah maklum, biasanya bayar ke tukang parkir:p Selama di Queenstown, kami selalu parkir di Athol Street, karena letaknya strategis: dekat Alpine Supermarket (tempat kami membeli Indomie), wc umum dan taman favorit kiddos.

Pay and Display dan tempat parkir favorit kami

Iya.... secara tidak sengaja, kami menemukan sebuah taman di samping KFC yang di tengahnya terdapat sungai kecil. Jadi ceritanya ketika kami tiba di Queenstown Mall untuk pertama kalinya dan bingung mau makan apa, KFC lah pilihan kami:D Kurang lebih biaya sekali makan di KFC untuk satu keluarga sekitar NZD 15-20. Sebagian kami makan di tempat, sebagian lagi kami makan di taman. Walaupun airnya dingin seperti air es, kiddos tetap minta main basah-basahan.

Kiddos asyik menyeberangi sungai kecil


Setelah KFC habis, kami mengajak kiddos untuk pergi ke hotel. "Udah dari hotel kita ke pantai ya" pinta kiddos#2. Saya katakan bahwa tidak ada pantai di Queenstown melainkan danau. Saya pun berjanji untuk pergi ke danau malam itu setelah kami check-in.

Pinewood Lodge - Queenstown

Dengan budget Rp 1,5 juta per malam, saya harus mencari penginapan yang agak sedikit minggir dari pusat kota Queenstown. Setelah hunting via booking.com, akhirnya saya memilih Pinewood Lodge karena kami mendapatkan kamar seharga NZD 120 untuk berempat. Pemilihan tempat menginap agak tricky, kami harus teliti membaca biaya tambahan untuk kiddos. Sementara untuk keluarga Dini dengan Emir yang baru 3 tahun, mencari penginapan jauh lebih mudah.

Kami sekeluarga mendapatkan sebuah rumah bernama Mill House. Rumah dan furniture nya memang sudah tua, tapi yang penting bersih, dengan peralatan dapur yang lengkap. Komentar kiddos tentang Mill House? Kiddos#2 meminta saya untuk pindah rumah, "Bun, rumah kita disini aja donk" :D Review lebih detail tentang Pinewood Lodge tayang disini ya.
reception Pinewood Lodge
Langsung minta main trampoline setelah sampai di hotel
Kiddos loved our Mill House

Playground di Lake Wakatipu

Sesuai janji saya kepada kiddos bahwa kami akan mengajak mereka ke Lake Wakatipu setelah check-in di hotel, kami segera berangkat sebelum matahari terbenam.

Karena belum menguasai medan, kami naik mobil menyusuri Lake Wakatipu dan berhenti ketika kami melihat sebuah playground tepat di seberang YHA Hostel. Untuk yang ingin mencari penginapan ala backpacker di Queenstown, YHA Hostel ini lokasinya asyik banget, dengan view ke Lake Wakatipu.  

YHA Hostel Queenstown
Playground di seberang YHA Hostel

Angin kencang yang dingin malam itu tidak menghalangi kiddos untuk bermain di pinggir danau. Mereka mulai main batu di pinggir danau, lengkap dengan mainan sekop yang kami bawa dari Jakarta.  

enggak ada pasir, kerikil pun jadi


Setelah puas bermain di tepi danau, saatnya mereka menyerbu playground. Pas banget tersedia tiga ayunan dengan satu ayunan untuk baby. Beneran deh, kota ini sangat cantik di setiap sudutnya.

"Ayo terus dorong" pinta kiddos
Ayunan dengan view Lake Wakatipu

Ketika angin semakin bertiup kencang, kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Kami sempat makan malam di dapur dengan menu Indomie goreng yang kami beli di Alpine Supermarket seharga NZD 5 untuk 5 bungkus. 

Kembali ke selera asal, Indomie goreng:D

Malamnya kami tidur satu kamar karena kiddos menolak tidur di kamar berisi bunk bed. Untungnya terdapat dua queen bed di kamar utama sehingga cukup untuk kami berempat. Kami tertidur lelap karena kecapean sudah melewati perjalanan panjang dari Jakarta ke Queenstown. Dan semua pengorbanan kami selama di perjalanan terbayar lunas dengan keindahan kota Queenstown.

By the way, mengenai permintaan saya untuk tinggal selama kami liburan di Queenstown, ternyata saya mengatakan hal yang sama di setiap kota yang saya kunjungi! Masing-masing memiliki keunggulan tersendiri dan membuat saya betah berlama-lama di semua kota yang kami kunjungi. Yah itu sih emang dasarnya saya betah aja kali ya di New Zealand hehe...


written on January 13, 2014

Previous Post:

2 comments:

  1. hi.. i read some of your blogs and i like it :) thanks for sharing ur stories, new zealand is one of my bucketlist too :) hope i can go there someday :)
    but i have 1 question, you rent the car and driving by yourself? should i have an international SIM or not? thanks before

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Eilynn, thanks for stopping by:)
      Yup we did rent a car and my husband drove it. His Indonesian Driving Lisence is translated into english. You can read the detail in tesyasblog.com. Hope it helps :)

      http://www.tesyasblog.com/2012/12/sim-indonesia-di-australia.html

      Delete